Lama banget yah jeda post pertama ke post kedua. Harap dimaklumi abis aku lupa upload tulisan ini, padahal rencana mau diupdate beberapa hari setelah post pertama karena post pertama dan kedua cukup berhubungan.
Post pertama kan tentang sel maka post kali ini juga tentang sel, kali ini bisa dibilang tantangan dan kontrovensi mengenai sel yaitu Apoptosis : Bunuh Diri Sel Terprogram
Apoptosis adalah bunuh diri sebuah sel yang tidak lagi
berguna. Apoptosis merupakan bagian normal kehidupan sel-sel yang sudah tidak
diperlukan atau rusak dipicu untuk menghancurkan diri sendiri demi kepentingan
yang lebih besar, yakni memelihara kesehatan seluruh tubuh.
Apoptosis adalah bunuh diri sebuah sel yang tidak lagi
berguna. Apoptosis merupakan bagian normal kehidupan sel-sel yang sudah tidak
diperlukan atau rusak dipicu untuk menghancurkan diri sendiri demi kepentingan
yang lebih besar, yakni memelihara kesehatan seluruh tubuh.
Peran Apoptosis
Berikut beberapa contoh peran vital yang dimainkan oleh
program pengorbanan intrinsik ini :
- 1. Eliminasi-diri terprediksi sel-sel terpilih
merupakan bagian normal perkembangan. Sel-sel tertentu yang diinginkan dan dihasilkan selama
perkembangan memang diprogramkan untuk membunuh dirinya sendiri ketika tubuh
telah terkait menjadi bentuk akhirnya. Selama perkembangan seorang perempuan,
contohnya, apoptosis sengaja membuang duktus embrionik yang mampu membentuk
saluran reproduksi pria. Apoptosis juga memahat jari-jari tangan yang sedang
berkembang—memiliki jari-jari berbenttuk seperti sarung tangan dengan
menghilangkan membrane mirip selaput di antara jari-jari. ini seperti berkorban untuk diri manusia agar mereka tidak membuat pentimpangan.
- 2. Apoptosis penting dalam peremajaan (turnover)
jaringan pada tubuh orang dewasa. Fungsi optimal kebanyakan jaringan bergantung
pada keseimbangan antara produk terkendali sel-sel baru dan destruksi-diri sel
yang terencana. Keseimbangan ini mempertahankan jumlah sel yang tepat di
jaringan tertentu seraya menjamin pasokan terkendali sel-sel baru yang sedang
berada dalam puncak performannya. Berkorban untuk hal baru, yang dapat membuat tubuh seimbang, sehingga tetap optimal
- 3. Kematian sel terprogram memainkan peran penting
dalam system imun. Apoptosis merupakan sebuah cara untuk membuang sel-sel yang
terinfeksi virus membahayakan. Lebih lanjut, sel-sel darah putih pelawan
infeksi yang telah menyelesaikan tugasnya dan tidak lagi dibutuhkan
mengeksekusi dirinya sendiri. membunuh diri sendiri untuk melindungi, membawa yang jahat bersamanya.
- 4. Sel-sel ak diinginkan yang mengamcam homeostatis
umumnya dibuang dari tubuh melalui apoptosis. Sel yang termasuk dalam kategori
ini adalah sel tua, sel yang telah mengalami kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki akibat panjangan radiasi atau racun lain, dan sel yang karena satu
dan lain yang menyimpang. Banyak sel yang termutasi dan terilminasi sebeleum
manjadi kanker. Sebelum tidak terkendali dan menjadi ancaman dia membunuh dirinya sendiri.
Perbandingan apoptosis dan Nekrosis
gambar sel normal dan sel yang sedang mengalami apoptosis.
Apoptosis bukan satu-satunya cara sel untuk mati tetapi
merupakan cara yang paling elegan. cara elegan agar tidak mati sia-sia dan terlihat lebih elit gitu.
Apoptosis adalah sebuah cara yang disengaja
dan terkendali dan rapi dalam membuang sel-sel yang tidak lagi dibutuhkan atau
yang menebar ancaman bagi tubuh. Bentuk lain kematian sel nekrosis, mati pasif karena dibunuh, ialah
pembunuhan tak disengaja yang kotor dan tak terkendali terhadap sel-sel yang
berguna yang cedera parah akibat pajanan agen eksternal ke sel, seperti
benturan fisik, kekurangan O2 , atau penyakit contoh, sel otot
jantung yang kekurangan pasokan O2 akibat sumbatan komplet pembunuhan
daerah yang mendarahinya ketika terjadi serangan jatung akibat nekrosis.
Meskipun nekrosis dan apoptosisi sama-sama menyebabkan
kematian sel, langkah-langkah yang terlibat berbeda. Pada nekrosis, sel yang
sekarat adalah korban pasif , sementara pada apoptosis sel yang mati adalah
korban aktif dalam proses kematiannya sendiri. Pada nekrosis, sel yang cedera
tidak dapat mengeluarkan Na+ sebagaimana biasanya. Akibatnya air
mengalir masuk melalui osmosis, menyebabkan sel banyak yang bengkak dan pecah,.
Umunya pada nekrosis, jejas pencetus kematian sel mencedarai sel yang berada di
dekatnya, sehingga banyak sel yang berada di dekatnya yang ikut bengkak dan
pecah. Pelepasan kandungan intrasel ke jaringan sekitar memicu respons
inflamasi pada tempat jejas. Sayangnya respons inflamasi ini dapat membahayakan
sel-sel sehat yang ada di sekitarnya. Nekrosis menyebabkan masalah dia mati ngikutkan yang lain mati juga alias pencetus kematian sedang apoptosis mati sendiri sudah dipidana sidang eksekusi diri sendiri
Di lain pihak, apoptosis menyasar sel yang memang hendak
dihancurkan, membiarkan sel-sel di sekitarnya tetap intak. Sel terpidana mati
yang diisyaratkan untuk melakukan bunuh diri melepaskan dirinya sendiri dari
sel-sel sekitarnya, kemudian menyusut, bukan membengkak dan pecah. Mitokondria
sel menjadi bocor, menyebabkan sitokrom c keluar menuju sitosol. Sitokrom c,
salah satu komponen system transport electron, biasanya turut ikut serta dalam
fosforilasi oksidatif guna menghasilkan ATP. Namun, diluar lingkungan
mitokondria lazimnya sitokrom c mengaktifkan enzim pemotong-protein intrasel
yang normalnya tidak aktif, kaspase, yang membunuh sel tempat asalnya. Kaspase
yang bebas bekerja layaknya gunting molekular
yang menyayat sel secara sistematis. Enzim ini memotong protein demi
protein, mencincang nucleus, membongkar DNA yang pentung bagi kehiduapan sel,
lalu mematahkan sitoskeleton penahan-bentuk internal, sebelum akhirnya
menghacurkan sel itu sendiri menjadi gumpalan-gumpalan terbungkus membrane yang
layak buang. Isi sel yang sekarat tetap terbungkus oleh membrane plasma
sepanjang proses bunuh diri. Mencegah termuntahkannya kandungan intrasel yang
berpotensi berbahaya-ciri nekrosis. Tidak ada respons inflamasi yang terpicu
sehingga tidak ada sel disekitarnya yang tercedarai. Sel-sel yang berdekatan
malah dengan cepat menelan dan menghancurkan serpihan sel apoptotik melalui
fagositosis. Produk yang terurai didaur
ulang, jika perlu, untuk kepentingan
lain. menjadi makanan untuk teman disekitarnya mati dengan benar-benar elegan. Jarigannya sendiri secara keseluruhan tetap berfungsi normal,sementara
sel target membunuh dirinya sendiri tanpa menganggu yang lain.
Pengedalian Apoptosis
Jika setiap sel mengandung kaspase, apa yang normalnya
menjaga enzim kuat penghancur-diri ini tetap terkendali (yakni dalam bentuk
inaktif) pada sel-sel yang berguna bagi tubuh dan layak untuk hidup? Apa pula yang megaktifkan kaspase
pengeksekusi pada sel-sel tidak diinginkan yang dirancang untuuk membunuh diri
sendiri? Mengingat pentingnya putusan hidup atau mati ini, tidaklah mengejutkan
bahwa sejumlah jalur pengendalian internal mengatur secara ketat apakah sebuah
sel “sinyal keselamatan”, yang member jaminanan kepada sel tersebut bahwa
dirinya berguna bagi tubuh, bahwa semuanya sudah benar dilingkungan internal
sekitar sel itu, dan segala sesuatunya telah bekerja selaras di dalam sel yang
bersangkutan. Sinyal ini merupakan faktor pertumbuhan yang spesifik-jaringan, hormon tertentu, serta kontak yang sesuai dengan sel di dekatnya dan jaringan ikat di
sekitarnya. Sinyal keselamatan ekstraseluler ini memacu jalur intraseluler yang
menghambat aktivitas kaspase, mengunci perangkat kematian sel. Kebanyakan sel deprogram
untuk melakukan bunuh diri jika tidak mendapatkan sinyal penjamin keselamatan
normalnya. Ketika proteksi normal hilang, enzim pemotong-protein yang mematikan
terbebas. Sebagai contoh, penarikan factor pertumbuhan atau terlepasnya sel
dari jaringan ikat sekitarnya menyebabkan sebuah sel segera mengeksekusi
dirinya sendiri. Benar hebat, harus menerima sinyal bahwa dia berguna, kalau tidak menerima sinyal dia akan mati, benar-benar mengerti
Lebih lanjut
sel memperlihatkan “reseptor kematian” di membran plasma luarnya, yang
menerima “sinyal kematian” ekstraseluler spesifik, seperti hormon tertentu
atau zat kimia perantara spesifik dari sel darah putih yang tiba di sel melalui
aliran darah. Aktivitas jalur kematian oleh sinyal ini dapat mengalahkan jalur
penyelamat dipicu oleh sinyal keselamatan. Jalur sinyal-kematian dengan cepat
meletupkan mesin apoptotik internal, mengerakkan selnya menuju kematian
sendiri. Mesin eksekusi-diri juga terpicu ketika sel mengalami kerusakan yang
tidak dapat diperbaiki. Jadi, ada sinyal yang menghambat apoptosis, ada sinyal
yang memicunya. Apakah sel hidup atau mati bergantung pada sinyal mana yang
memenangkan kompetisi pada setiap kesempatan. Meskipun semua sel memiliki mesin
kematian yang sama, terdapat beragam sinyal spesifik yang memicul sel untuk
bunuh diri.
Ada juga yang menolak program (membangkan)
Menimbangg
bahwa kehidupan setiap sel bergantung pada keseimbangan sensitiv setiap saat,
tidaklah mengejutkan bahwa pengendalian apoptosis yang salah menyebabkan
terlalu banyak ataupun terlalu sedikit bunuh diri sel tampaknya turut berperan
pada banyak penyakit serius, aktivitas apoptotik yang berlebihan diyakini
berkontribusi atas kematian sel otak terkait penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson,
dan stroke, serta kematian dini sel pelawan infeksi penting pada AIDS. Sebaliknya,
terlalu sedikit apoptosis boleh jadi berperan pada kanker. Terdapat bukti bahwa
sel-sel kanker gagal menanggapi sinyal ekstraseluler normal yang memicu
kematian sel karena menolak perintah mati, sel-sel ini tumbuh dalam pola tak
terbendung, membentuk massa tak beraturan di luar kendali.
Apoptosis menjadi tantangan dan kontrovensi
Apoptosis
saat ini menjadi salah satu topik investigasi terpanas di lapangan. Para peneliti
terpacu mencari tahu factor multipel yang terlibat dalam mekanisme pengendali
proses ini. Harapan mereka dan mungkin kita adalah merupakan cara mempengaruhi mesin apoptotik demi
mencari terapi baru yang amat dibutuhkan untuk mengobati berbagai penyakit
mematikan.
Sekian dulu post kali semoga post kali ini bermanfaat.
silahkan berikan komentar, itu akan sangat berguna untuk tulisanku berikutnya.
Komentar
Posting Komentar